Sariagri - Fenomena pencemaran laut Teluk Bima belakangan menyorot perhatian publik. Sebelumnya Walhi NTB menduga cemaran berwarna cokelat yang menutupi permukaan laut merupakan limpasan limbah aktivitas Pertamina di sekitar wilayah tersebut.Namun, pihak lain berpendapat bahwa yang terjadi di Teluk Bima merupakan fenomena Sea Snot atau lendir laut.Salah satunya Izzul Islam MSC, dosen Bioteknologi, Universitas Teknologi surabaya ikut mengomentari fenomena yang disebut Sea Snot atau lendir laut di Teluk Bima."Teluk Bima demam dan fu," tulis Izzul di akun Facebook pribadinya @Izzullslam.Dalam unggahannya dia menjelaskan kondisi laut di Teluk Bima yang biru berubah menjadi cokelat. Di mana permukaan air laut dilapisi gelembung kecil berbusa, lengket, berlendir dan dipenuhi sampah organik maupun non organik.Menurut dia, peristiwa tersebut terjadi karena pengaruh pertumbuhan mikroalga yang diakibatkan kondisi perairan tercemar limbah organik yang cukup besar seperti limpasan limbah fosfat dan nitrat menjadi nutrisi ideal bagi pertumbuhan jenis mikroalga tersebut.Ditambah dengan kondisi suhu air laut yang hangat akibat pemanasan global semakin memperparah fenomena lendir laut tersebut.Stres pada mikroalga mendorong sekresi lendir yang secara biologis merupakan proses normal. Namun, pada perairan laut yang sangat tercemar oleh ini, memunculkan kondisi anomali di laut.Letak Teluk Bima yang tertutup membuatnya intens mendapat cemaran dan limbah dari sungai-sungai yang ada. Hal ini menjadi faktor utama terbentuknya fenomena lendir laut.Menurut Izzul hal serupa pernah terjadi di Laut Marmara di Turki pada 2021 lalu yang dikenal dengan istilah deepwater horizon oil spill.Izzul mengatakan, cemaran lendir laut di Teluk Bima berkontribusi besar terhadap penurunan beberapa spesies ikan komersial dan kualitas garam rakyat.Selain itu, suhu permukaan laut diketahui meningkat 1,5 derajat Celcius lebih tinggi dari rata-rata."Meningkatnya suhu air, kedepannya kita harus siap untuk melihat fenomena yang lebih ekstrim. termasuk wabah spesies invasif dan algae blooming secara besar-besaran," tulisnya.Adapun Izzul menyebutkan bahaya yang ditimbulkan cemaran lendir tersebut adalah pemandangan laut yang buruk dan bau tak sedap.Lebih lanjut, Izzul mengatakan lendir tersebut bisa menghambat transfer oksigen ke dalam laut sehingga organisme tak bergerak ikut mati karena kekurangan oksigen."Begitupun dengan larva dan telur ikan. Nelayan, petambak garam dan masyarakat pesisir di Bima yang menggantungkan hidup pada sektor perikanan diprediksi akan mendiri akibat situasi ini," jelas Izzul.
http://dlvr.it/SPS92x